Jurnalisme Keberagaman adalah tema yang diusung pada pelaksanaan Article Jurnalism Competition 2022. Gagasan jurnalisme keberagaman berangkat dari kenyataan betapa masih banyak kelompok masyarakat di Indonesia, yang mencederai keberagaman dengan membuat berita yang memprovokasi, tanpa memahami isu dan kepekaan tentang subjek yang diangkat. Dengan semangat untuk memerangi jurnalisme yang berpihak dan merugikan, AJC mengadakan dua rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan pemahaman tentang Jurnalisme Keberagaman. Kegiatan pertama adalah dengan adanya lomba karya tulis dan infografis, yang mengusung tema “Diversity In Digital Media”, Kemudian rangakaian Article Jurnalisme Competition akan ditutup dengan Talkshow yang berjudul “Diversity In Digital Media : Lawan Perundungan Seksual, Wanita Bukan Objek Media”.

Pada penutupan rangkaian kegiatan AJC 2022 yang diadakan pada hari Jumat, 20 Mei 2022, dihadiri oleh dua narasumber yang sangat luar biasa yaitu Alex Junaidi. S.S., M.Si, selaku Direktur Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK) dan juga Amelia Ayu Kinanti, S.Sos. selaku Pemimpin Redaksi Beautynesia. Kedua narasumber dengan murah hati berbagi pandangan dan ilmu mereka tentang Jurnalisme Keberagaman, dan membantu para peserta untuk lebih memahami pentingnya rasa toleran dan peka pada dunia jurnalisme.

Pada sesi pertama yang dibawakan oleh Bapak Alex Junaidi, membukakan pemahaman secara umum tentang Jurnalisme Keberagaman, dimana beliau menegaskan bahwa Jurnalisme keberagaman adalah genre jurnalisme yang berdasarkan jurnalisme perdamaian.. Jurnalisme perdamaian lahir di Indonesia dipicu oleh konflik yang sering terjadi di Indonesia. Sadar bahwa media punya andil besar dalam menginformasikan suatu peristiwa maka Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK) dibentuk untuk membangun ruang aman dan damai bagi media jurnalisme. Dalam sesi ini beliau juga menyadari bahwa banyak jurnalis yang menggunakan stereotipe yang merendahkan dan memojokan perempuan. Berita harus adil dan meliput dari semua sudut pandang agar berita menjadi kokoh, namun banyak jurnalis laki-laki yang menjadi tidak membawa sudut pandang dari sisi perempuan. Pada akhir sesi pertama ini Bapak Alex Junaidi, juga memberikan pesan untuk para jurnalis dan para peserta, bahwa membuat judul yang menarik memang penting, namun harus dalam artian positif. Maka sebagai jurnalis atau penulis harus banyak belajar, mencari data yang benar, dan jujur. Hal ini harus dilakukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat pada jurnalis.

Pada sesi kedua yang dibawakan oleh Ibu Amelia Ayu Kinanti, beliau banyak berbagi pengalamannya selama bekerja sebagai jurnalis. Selama pengalamannya sebagai jurnalis, beliau tidak jarang menemukan berita yang menanggap wanita seperti objek atau hanya hiasan. Hal ini mengakibatkan hilangnya esensi berita. Berdasarkan data memang lebih banyak laki-laki yang membuka media berita online, maka fokus jurnalis hanya pada sudut pandang laki-laki, yang sayangnya menjadi kebiasaan. Pada sesi ini Ibu Amelia juga menceritakan tentang dampak dari pemberitaan yang merendahkan hak perempuan pada kasus perundungan seksual, dimana hilangnya rasa empati dan kemanusiaan dari penulis untuk memeberitakan suatu kasus perundungan seksual. Padahal nasib dan masa depan korban ada pada berita yang dibuat oleh jurnalis. Beliau juga menitipkan pesan pada sesi kedua untuk para peserta, yaitu bacalah berita dari sumber berita yang kredibel. Apabila media berita yang dibaca sudah sering melanggar poin jurnalisme yang buruk, maka harus cepat ditinggalkan, dan cari sumber berita yang lain. Pesan lain dari beliau berhubungan dengan pemberitaan tentang perundungan seksual yaitu, tujuan utama pemberitaan adalah agar korban mendapat keadilan, apabila tujuan tersebut dilupakan dan hanya mencari sensasi dan viral maka berita tersebut menjadi salah. Jurnalis yang mempunyai kontrol tenang apakah penting deatil tersebut diceritakan atau hanya memperburuk keadaan.

Pada sesi terakhir yaitu pengumuman pemenang lomba karya tulis dan infografis, disisipkan juga testimoni dari perwakilan juri. Dimana para peserta lomba sudah dapat mencurahkan pesan tentang keberagaman pada karya-karyanya, yang patut dibanggakan juga para peserta selalu mengambil data dari sumber yang kredibel dan sesuai dengan fakta yang ada.

Pesan jurnalisme keberagaman yang diusung pada AJC tahun ini diharapkan dapat membukakan mata dari masyarakat Indonesia untuk lebih kritis dan peka terhadap pemberitaan yang ada. Kreativitas dari peserta lomba melalui karyanya untuk menyebarkan pesan keberagaman dan melalui pesan yang disampaikan oleh kedua narasumber selama Talkshow, diharapkan memberi semangat bagi kita para pembaca untuk memperjuangkan keberagaman dan keadilan melalui cara kita menulis dan menanggapi sebuah karya. Article Journalism Competition 2022 mengucapkan terima kasih, dan sampai berjumpa di AJC berikutnya.